Sambutan Pastor Paroki
Santo Fransiskus dari Assisi Kolhua
Dengan penuh syukur dan sukacita dalam Tuhan, saya menyambut Anda di website resmi Paroki Santo Fransiskus dari Assisi, Kolhua – Kupang. Kehadiran Anda di laman ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan bagian dari penyelenggaraan ilahi. Tuhan sendiri yang menuntun setiap langkah kita dalam ziarah iman, baik secara fisik maupun dalam ruang digital.
Gereja Katolik adalah Gereja yang hidup, yang senantiasa peka dan tanggap terhadap tanda-tanda zaman. Di era modern ini, dunia digital telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat. Oleh karena itu, website ini kami hadirkan sebagai wujud kehadiran pastoral yang menjangkau umat dalam dimensi baru: dunia maya. Lebih dari sekadar hadir, kami ingin menjadikannya ruang perjumpaan, pembinaan, pewartaan, dan pelayanan yang hidup dan relevan.
Di dalam website ini, Anda akan menemukan lebih dari sekadar informasi. Ini adalah jendela rohani yang membuka jalan bagi setiap hati yang merindukan Sabda Tuhan dan bimbingan iman. Kami menyediakan renungan harian untuk menguatkan jiwa, artikel rohani sebagai bahan permenungan mendalam, doa-doa Katolik yang menuntun dalam kehidupan doa pribadi dan bersama, serta katekese yang membentuk pemahaman iman — bagi anak-anak, kaum muda, hingga orang dewasa.
Anda juga dapat mengakses jadwal misa harian dan mingguan, informasi sakramen-sakramen Gereja (Baptis, Komuni, Penguatan, Tobat, Perkawinan, Imamat, dan Pengurapan Orang Sakit), serta pelayanan pastoral lainnya. Melalui platform ini, kami ingin memastikan bahwa setiap umat — kapan pun dan di mana pun berada — tetap terhubung dengan dinamika hidup menggereja.
Kami juga membuka ruang Ekspo Panggilan, tempat para ordo dan tarekat religius dapat memperkenalkan panggilan hidup membiara kepada generasi muda yang terpanggil untuk melayani Tuhan secara total, dalam semangat pengabdian dan kesetiaan.
Salah satu bentuk pewartaan kreatif khas Paroki kami adalah melalui pantun rohani. Dengan gaya bahasa yang indah, menyentuh, dan membumi, pantun-pantun ini kami hadirkan sebagai sarana penghiburan, pengajaran, dan inspirasi iman. Lewat bait-bait sederhana namun sarat makna, kami mewartakan kasih Kristus dengan cara yang hangat dan mengena — mulai dari pesan tentang iman, harapan, dan kasih, hingga nilai-nilai liturgi, doa, sakramen, pelayanan, dan semangat Fransiskan.
Pantun-pantun ini tidak sekadar hiburan rohani, melainkan juga media pewartaan digital yang hidup dan kontekstual, menanggapi zaman dan membumi dalam kehidupan umat sehari-hari. Website Frans-Assisi menjadi ruang iman yang terbuka, menyajikan ribuan pantun rohani yang ditampilkan secara acak setiap saat, memastikan bahwa pewartaan kasih Tuhan berlangsung 1×24 jam, tanpa henti.
Kategori pantun yang kami hadirkan mencakup tema-tema yang luas dan menyentuh berbagai aspek kehidupan umat Katolik, antara lain:
-
Iman, harapan, kasih, dan doa
-
Pelayanan, sakramen, OMK, dan kehidupan umat
-
Kehidupan kategorial, Dewan Pengurus Gereja, dan Pastor Paroki
-
Doa harian, keluarga Katolik, dan hidup sebagai Gereja
-
Liturgi harian, masa Prapaskah, Natal, serta tahun liturgi Gereja
-
Devosi kepada Bunda Maria dan para kudus
-
Pewartaan digital dan tantangan zaman modern
-
Cinta kepada kaum kecil, keadilan sosial, dan pelayanan kasih
-
Alam ciptaan sebagai rumah bersama yang dijaga dengan iman
-
Bahasa yang indah, alami, mengalir, dan menyentuh semua kalangan umat
-
Pesan-pesan rohani untuk anak-anak, remaja, orang muda, keluarga, hingga lansia
-
Semangat dan spiritualitas Santo Fransiskus dari Assisi, pelindung paroki kami — yang menginspirasi kami untuk hidup dalam kesederhanaan, cinta damai, dan pelayanan tanpa syarat.
-
Pantun dalam Bahasa Kupang — sebagai bentuk pewartaan yang membumi, dekat, akrab dan merangkul kearifan lokal.
Melalui semua ini, Paroki Frans-Assisi Kolhua ingin menghadirkan Injil dengan cara yang sederhana, hangat, dan menyentuh jiwa. Pantun menjadi salah satu wujud nyata pewartaan modern yang tetap setia pada akar iman Katolik.
Website ini bukan sekadar milik kantor paroki, melainkan milik kita bersama sebagai satu Tubuh Kristus. Kami mengundang seluruh umat, pengurus lingkungan, komunitas kategorial, OMK, serta siapa saja yang terlibat dalam kehidupan Gereja, untuk bersama-sama menghidupkan laman ini — melalui berbagi tulisan, kesaksian, informasi kegiatan, dan hal-hal yang membangun iman serta semangat pelayanan.
Sebagai Pastor Paroki, saya memiliki kerinduan yang mendalam agar Paroki Santo Fransiskus dari Assisi Kolhua menjadi Paroki Digital yang hidup, kontekstual, dan tetap setia pada akar iman Katolik. Dalam terang iman, kami meyakini bahwa perkembangan teknologi bukanlah ancaman bagi kehidupan rohani, melainkan sebuah peluang besar untuk menghadirkan Injil secara lebih luas dan nyata di tengah masyarakat zaman ini.
Gereja yang hidup adalah Gereja yang hadir di tengah dunia, mendengarkan suara umat, dan menjawab kebutuhan zaman dengan bijaksana. Dunia digital adalah bagian dari kenyataan hidup umat sekarang — tempat mereka bekerja, belajar, berinteraksi, bahkan mencari makna dan kebenaran. Maka kehadiran Paroki dalam ruang digital bukanlah bentuk ikut-ikutan atau semangat modernisasi semata, melainkan wujud kesetiaan Gereja dalam menjalankan tugas perutusannya: pergi dan mewartakan Injil kepada segala bangsa (lih. Mat 28:19) — termasuk melalui media dan teknologi terkini.
Platform ini menjadi jembatan baru pewartaan dan pelayanan, yang memungkinkan kami untuk menjangkau lebih banyak umat, lebih cepat, lebih mudah, dan lebih efektif, tanpa menghilangkan kedalaman spiritualitas Katolik yang sejati. Di sini, iman tidak dikompromikan oleh teknologi; justru teknologi kami arahkan dan gunakan untuk memuliakan Allah dan membangun umat-Nya.
Kami sadar bahwa transformasi digital ini bukan akhir, tetapi awal dari jalan pelayanan yang terus bertumbuh. Inilah komitmen pastoral kami: membangun sebuah Paroki yang tidak hanya kuat dalam gedung dan kegiatan fisik, tetapi juga hadir dalam dunia digital sebagai Gereja yang hidup, mendengar, dan melayani — kapan saja dan di mana saja umat berada.
Kami sungguh bersyukur dan merasa diberkati karena pengembangan platform digital ini didukung penuh oleh tim developer paroki yang tidak hanya memiliki kompetensi teknis, tetapi juga semangat pelayanan yang tulus dan dedikasi sepenuh hati. Mereka bukan sekadar mitra kerja, melainkan bagian dari tubuh Gereja yang bersama kami memikul tanggung jawab perutusan zaman ini dalam bentuk baru: pelayanan digital yang profesional, solutif, dan berjiwa pastoral.
Bersama mereka, kami terus mengembangkan dan menyempurnakan platform ini secara berkelanjutan, agar semakin optimal dalam menjawab kebutuhan umat dan memberdayakan berbagai kelompok dalam Gereja. Kami tidak melihat platform ini sebagai proyek satu kali selesai, tetapi sebagai ekosistem hidup yang akan terus tumbuh, disesuaikan dengan dinamika zaman dan arah pastoral ke depan.
Oleh karena itu, masukan, dukungan, dan keterlibatan aktif dari Dewan Pengurus Gereja, para ketua lingkungan dan KUB, komunitas kategorial, OMK, serta seluruh umat, sangat kami harapkan. Mari kita terus melangkah bersama, membangun Gereja yang hidup, terbuka, dan relevan — dari altar ke layar, dari Kolhua untuk dunia.
Seperti Santo Fransiskus dari Assisi yang menghidupi Injil dalam kesederhanaan dan damai, mari kita pun menghadirkan terang Injil di tengah dunia digital. Biarlah lewat media ini, kita semua dikuatkan menjadi murid Kristus yang rendah hati, tangguh, dan penuh cinta kasih, yang bersaksi tak hanya dengan kata, tetapi dengan hidup yang nyata.
Semoga Tuhan memberkati setiap langkah pelayanan kita. Damai dan segala kebaikan selalu menyertai kita.
+ Romo Longginus Bone, RD
Pastor Paroki Santo Fransiskus dari Assisi – Kolhua, Kupang
1. Dari Kolhua untuk Dunia
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Bukan layar sekadar bersinar,
Tapi jalan terang menuju Altar.
Bukan kata yang hanya berbunyi,
Tapi hati yang rindu sabda sejati.
Dari Kolhua untuk dunia,
Pantun kasih jadi suaranya.
2. Gereja Digital, Gereja Hidup
Bukan tembok, bukan menara,
Tapi web yang menyapa jiwa.
Gereja hadir dalam klik dan suara,
Menjadi rumah rohani di tengah maya.
Renungan, doa, dan pantun bersahaja,
Disusun dalam cinta dan karya.
Dari Kolhua, dari Fransiskus,
Mengalir kabar gembira terus-menerus.
3. Pewarta dari Timur
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Dari Timur kami bernyanyi,
Lewat bait, iman pun berseri.
Pantun bukan hanya permainan kata,
Tapi saluran kasih yang nyata.
Website ini bukan pajangan,
Tapi altar pewartaan sepanjang zaman.
4. 1×24 Jam untuk Tuhan
Malam sunyi, siang ramai,
Pantun tetap menari di layar damai.
Website Paroki tak pernah lelah,
Menjadi suara Kristus yang ramah.
Liturgi, sakramen, dan OMK,
Keluarga, devosi, dan kasih tak lelah.
Dalam 1×24 jam yang terus berjalan,
Fransiskus bersaksi dalam kesederhanaan.
5. Pantun adalah Doa yang Bernyanyi
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Doa bukan selalu bisikan lirih,
Kadang bersajak, kadang beralih.
Pantun adalah doa yang bernyanyi,
Mengajak umat untuk merenungi.
Lewat bait yang sederhana,
Tuhan hadir di tengah kata.
6. Sabda di Balik Layar
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Layar kecil bukan hal sepele,
Bisa jadi tempat kasih mengalir melebar.
Sabda Tuhan tak pernah tua,
Mengalir hangat lewat kata.
Frans-Assisi bersaksi tak kenal jeda,
Dari server ke jiwa yang terbuka.
7. Fransiskus Tak Punya Panggung
Ia tak berseru di tengah pasar,
Tak berdiri di atas mimbar besar.
Tapi tiap langkah dan diamnya,
Adalah pantun kasih tanpa suara.
8. Gereja Tak Pernah Offline
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Wifi hilang mungkin mengganggu,
Tapi Tuhan tak pernah putus rindu.
Gereja ini hidup setiap jam,
Di layar maupun dalam diam.
Website pun bisa jadi ladang,
Untuk panen jiwa yang haus terang.
9. Dari Hati ke Hati
Pantun dibaca oleh anak kecil,
Didengar OMK, disimpan yang sepuh.
Bait sederhana, tapi sungguh,
Mengantar kasih Tuhan yang utuh.
10. Tugas Digital yang Kudus
Jangan anggap remeh halaman web,
Ia bisa lebih tajam dari pedang.
Lewat klik, gambar, dan kutipan,
Hati tersentuh, iman pun berkembang.
11. Kolhua Bernyanyi dalam Pantun
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Pantun dari Kolhua bukan sekadar gaya,
Tapi suara Gereja di tengah maya.
12. Kata-Kata yang Tidak Kosong
Ada pantun yang membalut luka,
Ada bait yang menguatkan jiwa.
Kolhua tak henti menulis cinta,
Lewat kata yang hidup dan bernyawa.
13. OMK Bersuara Lewat Puisi
Mereka tak hanya berswafoto,
Tapi menulis firman dalam cerita.
OMK kami tak diam di pojok,
Mereka bersinar, bersaksi, bersyair juga.
14. Gereja yang Turun ke Jalan Digital
Jangan tunggu umat masuk gereja,
Gereja pun bisa masuk ke layar mereka.
Itulah tugas digital masa kini,
Mewartakan kasih Tuhan dengan berani.
15. Pantun Adalah Saksi
Tak bisa bicara di depan umum?
Tulislah pantun dengan tekun.
Biarlah bait jadi kesaksian,
Bahwa Kristus hidup dalam kenyataan.
16. Layar Ini Altar Kami
Kami tak sekadar menyalakan situs,
Tapi menyalakan harapan yang terus.
Website ini bukan katalog kosong,
Tapi altar digital tempat umat menengadah.
17. Pantun Tak Pernah Libur
Sabtu, Minggu, Rabu, Kamis,
Pantun tetap hadir dengan manis.
Tak kenal jadwal, tak tahu lesu,
Karena kasih Tuhan tak pernah jemu.
18. Tak Perlu Menjadi Ahli
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Tak perlu gelar untuk menulis cinta,
Cukup hati yang jujur dan terbuka.
19. Pantun dari Timur untuk Dunia
Kolhua bukan pusat ibukota,
Tapi pusat kasih yang terasa nyata.
Pantun ini bukan sekadar tradisi,
Melainkan bagian dari pewartaan Kristus yang abadi.
20. Terima Kasih untuk Para Penabur
Untuk tim digital dan para penulis,
Yang bekerja diam-diam penuh kasih.
Setiap kata yang mereka tebar,
Tuhan pakai untuk jadi berkat besar.
21. Cahaya dari Timur
Dari Kupang mentari bersinar,
Tapi dari Kolhua terang sabda memancar.
Pantun ini tak hanya indah,
Tapi suluh iman yang ramah.
22. Dari Kupang Menyala
Tak perlu lampu sorot yang terang,
Cukup satu pantun dari Kupang.
Ia bawa damai tanpa gaduh,
Menghangatkan jiwa yang rapuh.
23. Doa yang Ditulis
Kami tak hanya berdoa dalam sunyi,
Tapi juga menulis isi hati.
Doa jadi syair yang tulus,
Dibaca umat di waktu yang khusus.
24. Panggilan Tak Pernah Usang
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Panggilan Tuhan tak pernah kadaluarsa,
Datang lewat pantun juga bisa terasa.
25. Bukan Sekadar Konten
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Ini bukan sekadar laman digital,
Tapi panggilan untuk hidup injili total.
26. Roh Kudus di Tengah Akses Wi-Fi
Mungkin tak semua sinyal kuat,
Tapi kasih Tuhan tak pernah lewat.
Di antara loading dan buffering,
Sabda tetap hadir menyegarkan.
27. OMK Bukan Penonton
Mereka bukan pasif dan diam,
Tapi kreatif dan penuh iman.
Lewat puisi, video, dan doa,
OMK Frans-Assisi turut berkarya.
28. Paroki Kecil, Spirit Besar
Tak perlu jadi paroki pusat kota,
Kolhua bersinar karena cinta.
Santo Fransiskus jadi teladan,
Kami mewartakan dari ladang timur nan sederhana.
29. Suara Ibu Gereja
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Pantun pun bisa jadi suara Ibu,
Menggendong umat dalam kata syahdu.
30. Pantun Tak Mengenal Batas
Bisa dibaca di HP atau tablet,
Di kamar tidur atau dalam bis.
Kata-katanya lintas ruang dan waktu,
Menjadi teman saat hati butuh dituntun.
31. Warta dari Timur
Dari ujung Timur Nusa Tenggara,
Kami bersaksi lewat pantun yang bersahaja.
Website ini bukan sekadar berita,
Tapi warta kasih yang senantiasa menyala.
32. Gereja yang Turun ke Dunia
Kami tak menunggu umat datang,
Kami yang datang dengan terang.
Website ini jadi jembatan,
Antara altar dan kehidupan harian.
33. Klik Kasih dari Kolhua
Satu klik membuka halaman,
Dari Kolhua untuk dunia tercinta.
Di dalamnya hadir damai dan pengharapan,
Bukti Gereja tak dibatasi jarak semata.
34. Yesus Hadir di Kolom Komentar
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Kadang ada tanya dalam kolom terbuka,
Tapi kasih Tuhan menjawab tanpa cela.
35. Karena Kolhua Mencintai Firman
Kami menulis bukan demi viral,
Tapi karena sabda Tuhan itu vital.
Dari Kolhua kami menabur,
Agar iman umat makin subur.
36. Tak Harus Viral untuk Memberkati
Kami tak perlu ribuan like,
Cukup satu jiwa yang kembali pada Sang Baik.
Itu sudah jadi sukacita,
Yang pantun ini coba bawa.
37. Gereja Ada di Genggaman
Bukan hanya di altar kami jumpa,
Kini Tuhan hadir di layar Anda.
Website ini bukan sekadar tempat,
Tapi ruang iman yang erat dan hangat.
38. Pantun Menyapa Tanpa Batas
Tak kenal siang atau malam,
Pantun hadir tanpa salam.
Ia mengalir lewat layar,
Menyentuh jiwa yang hampir pudar.
39. Fransiskus Adalah Inspirasi
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Fransiskus tak hidup mewah,
Tapi pantunnya hidup di hati yang gundah.
40. Misi Digital Gereja
Mentari terbit di cakrawala,
Dunia berubah dengan cepat pula.
Gereja tak tinggal di masa lama,
Tapi hadir aktif dalam dunia maya.
41. Suara Gereja Sepanjang Waktu
Tak ada lonceng, tak ada dentang,
Tapi pantun tetap berdentang.
Dalam sunyi atau ramai,
Gereja Frans-Assisi selalu menyemai.
42. Sakramen dalam Pantun
Pantun tentang Tobat dan Komuni,
Menyentuh hati dan menuntun diri.
Sakramen suci tak lagi jauh,
Karena kata-kata mengantar ke peluk Tuhan yang penuh.
43. Gereja Fransiskan Bernyanyi
Santo Fransiskus tak menulis buku,
Tapi hidupnya adalah puisi yang syahdu.
Kami mengikuti jejaknya dalam layar,
Lewat pantun yang sederhana tapi bergetar.
44. Pantun yang Tak Lelah
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Kalau kamu lelah dan ingin berhenti,
Biarlah pantun ini jadi penguat hati.
45. Dari Altar ke Timeline
Dulu warta dari mimbar,
Kini bisa dari laman pintar.
Gereja hadir di setiap scroll,
Menjadi terang dalam tiap goal.
46. Anak-anak Membaca Firman
Mereka belum paham teologi,
Tapi mereka tahu isi hati.
Pantun jadi pintu masuk kasih,
Membentuk iman sejak dini.
47. Malam Hari Ada Kasih
Saat semua tidur dan lampu padam,
Website ini tetap nyala dalam diam.
Pantun hadir tanpa suara,
Tapi menghibur jiwa yang luka.
48. Dunia Menyapa Kolhua
Dulu Kolhua terasa jauh dan asing,
Jaringan pun kadang menghilang.
Kini lewat digital kami bersanding,
Dengan umat di seluruh penjuru yang datang.
49. Gereja Bukan Gedung Saja
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Gereja bukan cuma bangunan megah,
Tapi tempat di mana kasih bertumbuh ramah.
50. Kategorial yang Menyala
Bukan hanya hadir dalam rapat,
Tapi aktif menulis tiap sabat.
Lingkungan dan kategorial pun bersaksi,
Lewat bait sederhana yang berarti.
51. Satu Paroki, Seribu Suara
Tak hanya pastor yang bersuara,
Umat pun ikut menyebar cahaya.
Dalam pantun, renungan, dan tawa,
Paroki Frans-Assisi hidup sebagai Gereja nyata.
52. Komuni Bukan Hanya Roti
Tubuh Tuhan tak sekadar simbol,
Tapi hidup baru bagi tiap umat yang rapuh.
Lewat pantun kami ajarkan,
Bahwa Ekaristi adalah penguatan.
53. Paroki Frans-Assisi dan Pelayanan
Dari altar sampai ke layar,
Pesan Injil tetap berkobar.
Paroki Frans-Assisi setia berkarya,
Dalam kasih Kristus yang tak pernah pudar.
54. Satu Klik Menuju Doa
Sekali klik, doa pun terbuka,
Sekali baca, hati pun dibasuh-Nya.
Website ini seperti kapel kecil,
Tempat tiap umat bisa bersandar dan hening.
55. Gereja Frans-Assisi Tak Pernah Sepi
Meski pintu gereja terkunci malam hari,
Pantun di layar terus menyinari.
Tak ada jeda dalam pewartaan,
Karena kasih Kristus tak kenal waktu dan keadaan.
56. Layar Jadi Mistar Kesetiaan
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Bukan besar kecilnya gereja,
Tapi seberapa setia kita menjaga nyala-Nya.
57. OMK Berkarya Tanpa Batas
Mereka bukan generasi rebahan,
Tapi pewarta dengan gaya kekinian.
Bait demi bait mereka suguhkan,
Sebagai bentuk cinta yang dituliskan.
58. Paroki Kita, Rumah Kita
Kolhua bukan cuma tempat misa,
Tapi rumah besar yang menyapa.
Setiap klik di website ini,
Adalah langkah pulang rohani.
59. Pantun yang Menuntun
Tak semua orang bisa khotbah,
Tapi semua bisa menulis indah.
Dengan pantun kami menuntun,
Hati yang gundah menuju pengampunan.
60. Dalam Hening, Ada Puisi
Malam sunyi tanpa cahaya,
Website ini jadi lilin di jiwa.
Pantun pun bicara lembut,
Menggugah hati yang hampir surut.
61. Roh Kudus di Kolom Pencarian
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Cari "kasih" di kolom pencarian,
Yang muncul bukan data, tapi damai Tuhan.
62. Cinta yang Dituang dalam Kata
Cinta tak harus berbunga,
Cukup bait sederhana yang tulus maknanya.
Itulah pantun dari Kolhua,
Menyapa semua dengan bahasa cinta.
63. Tidak Harus Viral
Kami tak mengejar trending,
Tapi kehadiran yang menyentuh hati.
Pantun ini bukan sekadar hiburan,
Tapi jalan bagi jiwa yang mencari terang.
64. Fransiskus dan Kata yang Lembut
Ia tak berteriak di alun-alun,
Tapi hidupnya bersuara lebih dalam.
Kami belajar dari jejaknya,
Mewartakan dengan puisi yang bersahaja.
65. Gereja Hidup di Era Digital
Gereja bukan bangunan sepi,
Tapi tubuh Kristus yang aktif di sini.
Lewat media dan kata yang teratur,
Kami menjangkau hingga batas yang kabur.
66. Di Tengah Bising, Ada Pantun
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Meski dunia bising dan gaduh,
Pantun tetap setia membawa teduh.
67. Karena Tuhan Punya Banyak Cara
Tuhan bisa bicara lewat pelita,
Bisa juga lewat puisi dan kata.
Di Kolhua, kami percaya,
Tiap media bisa menjadi saluran rahmat-Nya.
68. Menabur Kasih Setiap Hari
Tak ada hari tanpa kabar baik,
Tak ada jam tanpa kasih yang unik.
Website ini bukan hanya berita,
Tapi taman iman tempat kasih bermekaran.
69. Hidup dalam Warisan Fransiskus
Tak perlu kaya untuk bermurah hati,
Tak perlu panggung untuk menginspirasi.
Dengan pantun dan pelayanan sederhana,
Kami terus hidup dalam semangat Fransiskus yang nyata.
70. Paroki Frans-Assisi Bertumbuh
Di tanah Kupang tumbuh Paroki Frans-Assisi,
Tempat umat bertumbuh dalam doa.
Di bawah lindungan Fransiskus yang mulia,
Paroki ini melayani dengan kasih dan setia.
71. Panggilan untuk Terlibat
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Gereja hidup bila umatnya terlibat semua,
Bersama Frans-Assisi, mari kita berkarya.
72. Website Ini adalah Pastoral
Kami bukan sekadar tim admin,
Tapi pewarta dalam dunia daring.
Setiap unggahan kami niatkan,
Untuk kemuliaan Allah yang menyertai zaman.
73. Ketika Halaman Menjadi Halaman Kitab
Mungkin ini bukan Injil kanonik,
Tapi pantun kami bersumber dari Roh Kudus.
Ia bicara dengan cara lembut,
Mengubah hati dalam tiap kutipan yang ditulis.
74. Siapa Saja Bisa Menjadi Pewarta
Bukan hanya romo atau suster,
Umat biasa pun bisa berkabar.
Dengan pantun dan tulisan iman,
Kita semua adalah suara Tuhan.
75. Satu Tubuh, Banyak Suara
Gereja Frans-Assisi bukan satu suara,
Tapi harmoni banyak jiwa.
Melalui pantun, renungan, dan doa,
Kita bersatu dalam karya dan cinta.
76. Pantun yang Jadi Obor
Di malam gulita saat hati lelah,
Pantun datang bak pelita ramah.
Tak perlu sorot kamera,
Cukup kata yang jujur dan peka.
77. Website Ini Adalah Ladang
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Tak semua ladang itu tanah dan pupuk,
Kadang layar pun bisa jadi kebun kasih yang cukup.
78. Dalam Doa, Dalam Kata
Setiap bait pantun adalah doa,
Bukan sekadar syair biasa.
Karena ia lahir dari cinta,
Dan kembali pada Dia Sang Cahaya.
79. Fransiskus Menyapa Lewat Kata
Ia tak punya laptop atau jaringan,
Tapi semangatnya tetap relevan.
Hari ini kami teruskan misinya,
Lewat pantun dan media yang terbuka.
80. OMK Menjawab Panggilan
Bukan hanya diam di bangku belakang,
OMK Frans-Assisi Kolhua tampil dan gemilang.
Mereka menulis, menyanyi, dan bersaksi,
Lewat dunia maya dan inspirasi suci.
81. Devosi Tak Pernah Tertinggal
Rosario kami tetap berputar,
Meski tak terdengar lonceng bergema.
Lewat pantun yang ditulis dengan sabar,
Kami hadirkan Bunda dalam setiap kata.
82. Saat Kata Lebih Tajam dari Video
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Kadang satu bait pantun lebih menggetarkan,
Daripada satu video yang viral namun kosong makna.
83. Gereja dari Timur yang Terbuka
Kami memang jauh dari pusat kota,
Tapi hati kami luas tak terhingga.
Kolhua hadir bukan hanya di peta,
Tapi dalam kasih yang nyata dan merata.
84. Digital dan Rohani Berjalan Bersama
Di tengah zaman yang serba cepat,
Hati manusia kerap penat.
Website paroki hadir mendekat,
Membawa sabda Tuhan secara hangat.
85. Kata-kata yang Menjadi Jembatan
Jangan remehkan satu kalimat,
Ia bisa jadi jembatan rahmat.
Lewat website ini kami membangun,
Jalan pulang bagi hati yang bingung.
86. Pastor Pun Bisa Berpantun
Tak hanya umat yang menulis,
Pastor pun ikut menebar benih.
Dalam pantun yang dititipkan,
Ada nasihat dan kekuatan.
87. Pantun Kolhua Tak Pernah Redup
Di tengah gemerlap media besar,
Pantun Kolhua tetap bersinar.
Karena isinya bukan pencitraan,
Melainkan pewartaan penuh pengharapan.
88. Keluarga pun Ikut Menulis
Bukan hanya OMK atau pengurus,
Papa, mama, oma juga turut.
Mereka menulis dari ruang makan,
Pantun lahir dari kasih yang spontan.
89. Rumah Iman
Gereja Frans-Assisi Kolhua tempat kami berakar,
Dalam sakramen kami disatukan.
Bersama Fransiskus, kami melangkah benar,
Menjadi saksi kasih dalam kehidupan.
90. Pantun Bunda Maria
Bunda kami tak menuntut pujian,
Cukup satu bait yang lahir dari iman.
Dalam pantun, devosi pun mengalir,
Mengantar jiwa menuju takdir.
91. Pantun Adalah Pintu
Ia bisa jadi pintu awal,
Untuk jiwa yang rindu pulang.
Lewat kata yang mengalir lembut
Kasih Allah pun ikut menyambut.
92. Kegiatan Gereja Jadi Puisi
Dari rapat hingga rekoleksi,
Dari misa hingga devosi.
Semua jadi cerita yang indah,
Ketika dirangkai dalam bait penuh anugerah.
93. Anak Sekolah Dasar Menyapa
Mereka belum bisa berceramah,
Tapi bisa menulis dengan cerah.
Satu baris pantun dari hati polos,
Bisa lebih kuat dari pidato dosen teolog.
94. Pantun yang Jadi Salam
Daripada berkata “halo” kosong,
Kami beri pantun hangat menyongsong.
Karena sapaan yang punya makna,
Bisa membuka hati yang lama tertutup luka.
95. Website Ini adalah Pewarta
Bukan mesin tanpa nyawa,
Tapi pewarta yang bersuara.
Ia tak hanya mencatat dan menata,
Tapi menghidupi iman dengan cara yang nyata.
96. Menjaga Pantun Seperti Menjaga Lilin
Ubur-ubur,
Ikan lele,
Pantun kami tak boleh padam,
Karena ia terang untuk malam yang kelam.
97. Kehidupan Umat Jadi Bait
Tak perlu jadi penyair ulung,
Cukup lihat kehidupan umat yang agung.
Dari sana lahir puisi-puisi kecil,
Yang menyentuh dan tak mudah tergantikan.
98. Hidup yang Berarti
Bunga mekar di jalan paroki,
Warnanya cerah memikat hati.
Seperti Fransiskus yang rendah hati,
Hidup sederhana tapi berarti.
99. Dari Keluarga, Untuk Keluarga
Papa dan mama ikut menulis,
Anak-anak pun ikut merangkai garis.
Pantun ini lahir dari gubuk sederhana,
Dan kembali menyentuh banyak jiwa.
100. Cahaya dari Kolhua
Lilin dinyalakan di malam hening,
Membawa terang walau kecil.
Dari Kolhua kami pergi dan diutus,
Membawa Injil dalam hidup yang jujur dan tulus.
101. Cahaya dalam Dunia Digital
Satu klik membuka renungan,
Dua klik membaca sabda Tuhan.
Dunia digital bukan halangan,
Tapi ladang baru untuk pengutusan.






